Wednesday, November 10, 2010

KIMO

Ternyata rasa kehilangan sesuatu yang kita sayang itu sakit...

---------------------------------------------------------

Namanya Kimo. Singkatan dari Eskimo. Kami memberinya nama itu dikarenakan warna bulunya yang putih bersih, mengingatkan kami pada salju dan orang orang eskimo. Ngga nyambung sih, tapi begitulah, namanya: kimo. Eskimo.
Kimo adalah seekor anjing jenis Kintamani. Wikipedia bilang anjing Kintamani adalah Ras anjing yang berasal dari daerah pegunungan Kintamani, Pulau Bali. Kami membelinya hampir tiga tahun yang lalu. Lebih tepatnya, adik cowok aku yang membelinya dikarenakan warna dan bulu Kimo mengingatkan dia pada anjing kesayangan keluarga kami yang baru saja meninggal. Dan begitulah, Kimo pun menjadi bagian dari keluarga kami.

Pada tahun pertamanya di rumah kami, Kimo sudah menunjukan sifat sifat layaknya seekor anjing Kintamani. Pemberani, jelas. Dan super galak terhadap anjing anjing lain. Ini sangat mengkhawatirkan,mengingat di rumah kami sudah memiliki 4 ekor anjing lain. Apalagi ketika 2 anjing betina kami melahirkan anak anak anjing yang lucu. Makin banyaklah anjing anjing di rumah kami. Dan Kimo, jelas,merupakan suatu ancaman bagi anjing anjing tersebut,karena sifatnya yang agresif. Karena takut akan menggigit anak anak anjing tersebut, serta menggigit tamu maupun orang lain di rumah, Kimo pun diputuskan untuk dikurung di dalam kandang dan hanya dilepaskan di saat malam.

Setelah diingat ingat,mungkin kami melakukan hal yang kejam dengan mengurung Kimo. Maka, kami pun membelikannya rantai, tidak lagi mengurungnya, agar paling tidak, kita bisa mengikatnya di luar, serta mengajaknya jalan jalan.

Tapi Kimo tetaplah Kimo. Mungkin anjing paling bandel yang pernah aku temui. Semua orang sudah jadi korbannya. Setiap kali ia merasa waspada, seperti saat dimandikan, ia akan menggigit. Tak pandang bulu. Namun aku merasa mungkin itu disebabkan karena ia terlalu lama dikurung di kandang, melihat anjing anjing lain bebas berkeliaran,disayang dan dimanja majikannya, sehingga sekarang ia berontak. Kimo ingin bebas.

Suatu saat rantai kimo lepas. Tidak ada yang berani untuk memasang rantai itu lagi. Semua sudah mencoba memasangnya, tapi gagal. Aku pernah mecoba untuk memasang rantai itu, tapi ia menolak. memang sih, dia ngga pernah menggigitku, tapi saat akan dipasang rantai, dia seakan akan mengambek seperti anak kecil, menolak, lari kesana kemari. Aku jadi tidak tega memasangnya. Dan rupanya kebebasan Kimo membuahkan banyak masalah. Salah satu anjing kami digigit hingga harus dibawa ke rumah sakit dan mendapat jahitan. Masih belum sembuh lukanya,Kimo akan terus mengejar dan menggigit setiap kali bertemu anjing tersebut. Para pekerja,pembantu dan sopir di rumah kami jadi takut setiap kali Kimo berkeliaran di dekat mereka. Kimo juga suka pipis di sembarang tempat,di sofa, di tempat tidur, di mana saja.Dan ia selalu berusaha masuk kedalam rumah, dan begitu masuk, sulit sekali untuk mengeluarkannya. Dan parahnya,Kimo bahkan berani untuk menggigit adik kami yang paling bungsu.

Mama akhirnya tidak tahan lagi. Ia memutuskan Kimo harus dibuang. Aku kira itu hanya kemarahan sesaat saja.Tapi tenyata, keesokan harinya, sekitar jam 3 sore,Kimo sudah tidak ada. Aku sangat amat terkejut. Aku bimbang antara mencarinya atau melepaskannya. Aku takut bila dibiarkan di rumah, ia akan terus membuat masalah dan membahayakan orang lain. Tapi disisi lain aku tidak tega untuk mencampakkan Kimo...

Saat malam tiba, aku tidak tahan lagi. Kimo memang adalah seekor anjing. Namun ia sudah bersama kami selama 3 tahun.Kenangan bersama Kimo terlalu banyak untuk dihapus beitu saja. Dan bagaimanapun, ini adalah rumahnya. Kami adalah keluarganya. Sebagaimana galaknya dia, sepatutnyalah aku bertanggung jawab untuk mengikat, mengajaknya jalan jalan dan terpenting memastikan,ia tidak akan membuat masalah ataupun menggigit orang lagi. Adik bungsuku pun mengerti bahwa kejadian digigit itu adalah ketidak sengajaan,karena Kimo refleks menggigit ,kakinya yang terluka tersentuh saat dimandikan. Intinya, aku, dan dua adik perempuanku memutuskan,Kimo harus pulang: Pulang ke rumah.

Di hari yang sama, sekitar jam 8 malam,kami bertiga pun mencari dia di tempat dimana Kimo dibuang. Kami telusuri setiap daerah di sekitar lingkunga tersebut, sambil terus menerus memanggil namanya. Tapi,kami gagal. Kimo tidak terlihat batang hidungya di manapun. Entah di mana ia sekarang. Apakah ia cukup makan. Apakah ia menemukan tempat untuk berteduh di saat hujan. Apakah ia diganggu anjing anjing liar lainnya. Apakah ia sehat? sakit? Apakah ia bahagia telah bebas di luar sana, atau sedih karena merindukan kami..

Setiap kali pikiran pikiran tersebut terlintas di kepalaku, aku menjadi sangat sedih dan kecewa dan menyesal, semua bercampur menjadi satu. Andai aku lebih cepat datang, mungkin Kimo masih dapat ditemukan. Tapi aku tidak patah harapan. Aku masih akan terus berusaha mencari Kimo. Ada yang bilang anjing bisa pulang kembali ke rumah majikannya. Aku masih berharap,mungkin memohon, suatu hari Kimo ada di depan rumah kami. Dengan tampang nakalnya, mata jahilnya, ekor panjangnya serta bulu putihnya, kembali kepada kami...




No comments:

Post a Comment